Air Terjun Oefoko, oase di tengah alam Oecusse yang gersang




Hari ini proyek libur karena bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Pagi jam 7 kami melaksanakan shalat Ied bersama dan dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban. Untuk acara yang kedua saya tidak begitu tertarik karena gak kuat harus ngeliat hewan disembelih. Berhubung hari itu bingung mau kemana, akhirnya tercetus untuk wisata air terjun di wilayah Oecusse. What? Air terjun? Agak pesimis kalau di musim kering gersang begini masih ada air mengalir. Sungai dan bendungan saja airnya kering sampai dasar. Tapi karena diyakinkan pasti ada airnya ,akhirnya tetap berangkat juga.
Baru selesai Sholat Eid
Dengan mengendarai mobil dan dua buah motor (total yang berangkat 12 orang) kami pergi menuju lokasi. Sebelumnya beli jajan dan snack dulu di Toko Fernando (semacam mini market terhits se-Oecusse). Lokasi air terjun berada di daerah Padiae yang melintasi jalan menuju daerah Tono. Saat ketemu gereja Padiae kemudian belok kiri dan jalan beraspal berubah menjadi berbatu. Total perjalanan sekitar 20 menit saja sampai kami tiba di rumah penduduk untuk parkir kendaraan. Disana kami ketemu Dino, warga lokal yang bekerja di Proyek Bandara Oecusse. Dia yang akan menjadi guide untuk mengantarkan kami ke lokasi air terjun. Untuk menuju kesana kami diminta membayar $25 kepada ketua RT setempat.
Alam Oecusse yang kering di musim kemarau
Tiba di lokasi parkir. Bem-Vindo
Istirahat sejenak sebelum trekking
Naran Saida? - Siapa namanya? :-D
My Trip My Adventure Oecusse ready to go
Waktu itu sudah pukul 11 siang. Kami berjalan kaki menuju lokasi air terjun. Jalanan cukup menantang dengan melintasi jalanan sempit, berbatu, dan kadang menanjak. Ditambah matahari juga begitu menyengat saat itu. Bener-bener sangat menguras tenaga. Jalur yang kami lintasi ini sebenarnya merupakan aliran sungai. Cuma berhubung lagi musim kering dimana hujan sama sekali tidak turun selama berbulan-bulan, jadi hanya berupa bebatuan saja. Di perjalanan kami juga menemukan semacam embung untuk menahan air, walaupun air sama sekali tidak ada.
Trekking dimulai
Matahari terik sekali
Tetap semangat
Istirahat sejenak
mulai menelusuri aliran sungai yang kering
Masih banyak tenaganya, jadi bentar2 foto. :-P
Fisik memang harus prima kalau kesini
Embung Oefoko untuk mengatur air saat hujan
Dibangun tahun 1988 saat masih Propinsi Timor Timur
Setelah 20 menit berjalan, barulah suasana sedikit rindang dan mulai tampak aliran air. Horeee.. ternyata masih ada aliran air yang belum kering di Oecusse. Kami berjalan di atas aliran air tersebut dan kaki terasa sejuk sekali. Tapi jalanan menjadi lebih sulit karena selain aliran air juga banyak batu-batu besar. Jadi harus extra hati-hati agar tidak terpeleset.
mulai banyak pepohonan hijau
kebun sayur warga
Masih jauh, terus semangat
Foto bersama saat ketemu genangan air pertama kali
Pipa-pipa ini diganakan warga untuk mengaliri air sampai pemukiman
suasana mulai sejuk. Banyak pepohonan
Diapit tebing-tebing tinggi
Banyak bebatuan, hati-hati biar gak kepeleset
Jalur trekking mulai berair
Suasananya asri banget. Banyak kedengaran suara burung.
Ketemu air yang cukup dalam
Small nature jacuzzi
Terus jalan,dikit lagi sampai
Sumber air su dekat kawan. Yuhuuuu
Airnya segar. Cuci muka dulu biar hilang capek dikit
Total perjalanan sekitar 40 menit sampai akhirnya tiba di air terjun yang tingginya sekitar 10 meter. Airnya tidak begitu deras dan kolam dibawahnya juga relatif sempit. Tapi bagi kami yang tinggal di daerah kering ibarat ketemu oase di padang pasir. Udara sekitar sangat sejuk dan airnya juga dingin menyegarkan. Foto-foto sebentar, kami tidak tahan untuk nyebur. Paling dalam airnya sekitar dada orang dewasa. Keseruan selama di sana bisa diliat di foto-foto aja. Buat yang lagi di Oecusse dan bingung kemana, this place is totally worth it. Happy holiday. J
Mulai kelihatan air terjunnya
Akhirnya sampai juga kesini kakak. Yayyyy
What a happy face
Airnya cukup jernih. Gak sabar pengen nyebur
Air terjun terbaik se Oecusse raya
Airnya dingin banget
Ayo ikutan nyebur mbak
Pijit-pijit ala safety morning
Time to go back. Sampai jumpa di trip berikutnya

Komentar

  1. lumayan ajaib juga ya, masih ada air yang lumayan itu padahal di luaran sana kering kerontang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas. Awalnya udah gak yakin bakal masih ada airnya. Udah berbulan2 ga pernah hujan.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solo Traveling ke Singapura. Gampang banget dan seru.

Manortor bersama Patung Sigale-gale di Pulau Samosir

Trip to Sumba (Day 2) : Pantai Bawana