Manortor bersama Patung Sigale-gale di Pulau Samosir

Hari sudah mulai siang, kami melanjutkan perjalanan. Sempat singgah sebentar ke rumah saudara di Porsea untuk silaturahmi dan juga sholat zhuhur. Kemudian lanjut lagi sampai akhirnya kami tiba di Parapat, sebuah kota di pinggir Danau Toba pukul 15.00 dan makan siang. Rencananya sore itu kami mau menyeberang ke Pulau Samosir. Ternyata kapal yang kami datangi harus minimal terisi 40 orang baru jalan. Padahal saat itu hari kerja dan sudah sore dimana sangat sepi pengunjung. Akhirnya kami bertemu dengan rombongan kecil sekitar belasan orang yang mau diajak sharing cost menyewa kapal PP seharga 750rb. Jadilah kami hanya membayar 375rb saja. Mahal sedikit, tapi saat itu tidak ada pilihan yang lebih baik.
Melewati kawasan PT Inalum
Pemandangan Porsea 
Kota Parapat
Kapal penyeberangan
Wefie dulu
Tepi Danau Toba
Ada pantai juga di Danau Toba
Jejeran penginapan yang menjual view Danau Toba
Berlayar meninggalkan Daratan
Betapa luasnya Danau Toba
Sore itu sedikit berkabut. Angin yang berhembus begitu sejuk. Keindahan Danau Toba memang luar biasa. Danau yang begitu luas, dikelilingi perbukitan yang hijau. Perjalanan di kapal begitu kami nikmati. Nakhoda membawa kami berhenti sejenak saat di lokasi Batu Gantung yaitu sebuah batu yang menempel di tebing pinggir Danau Toba. Konon batu tersebut merupakan jelmaan dari seorang gadis yang melompat ke Danau Toba karena tidak mau dijodohkan oleh orang tuanya. Antara kisah cinta atau horor nih. J
Lokasi Batu Gantung
Batu Gantung tampak lebih dekat
Sekitar 45 menit, kami tiba di Pelabuhan Tomok. Sepanjang jalan di Tomok cukup ramai dipadati oleh penjaja souvenir, warung makan, dan hotel. Karena waktu sudah pukul 17.00 dan awak kapal meminta kami untuk kembali ke kapal pukul 18.00 agar tidak kemalaman, jadilah satu jam hanya berkeliling di sekitar Desa Tomok saja.
Pulau Samosir
Pelabuhan Tomok
Jalan menuju objek wisata
Ramainya penjual souvenir
Pertama - tama kami berkunjung ke lokasi pertunjukan Patung Sigale-gale. Patung Sigale-gale merupakan patung yang dibuat untuk menghibur Raja yang anaknya meninggal di medan perang. Awalnya Patung ini mampu bergerak sendiri, tapi sekarang ada semacam dalang yang menggerakkannya dari belakang. Selain melihat pertunjukkan Patung Sigale-gale, kita juga bisa menari tor-tor bersama diiringi lagu-lagu batak. Cukup seru. J
Patung Sigale-gale
Manortor dulu
Panjaitan 3 generasi
Tidak jauh dari situ ada Makam Raja Sidabutar dan Museum Batak untuk mengenal lebih dekat tentang budaya batak toba yang mendiami wilayah sekitar Samosir. Tak lama disana, kami langsung kembali ke kapal karena sudah hampir jam 6. Langit semakin diselimuti awan tebal. Begitu perjalanan pulang, hujan deras mengguyur wilayah Danau Toba.
Makam Raja Sidabutar
Museum Batak
Ukiran patung khas Batak
Ada boneka Sigael gale juga
Tiba di Parapat masih hujan deras. Kami bergegas masuk ke dalam mobil walaupun harus menerobos hujan hingga basah kuyub. Malam itu kami menginap di Star Beach Hotel yang lokasinya berada di pinggir Danau Toba. Setelah check in, mandi, sholat, dan berberes, kami makan malam di jalan utama Parapat dan kemudian kembali untuk beristirahat. See you tomorrow.
Awan gelap. Bergegas kembali ke kapal.
Hujan deras mengguyur Danau Toba

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solo Traveling ke Singapura. Gampang banget dan seru.

Trip to Sumba (Day 2) : Pantai Bawana